Rakyatmerdeka. co – Pernikahan merupakan suatu hal yang sakral, ditambah lagi untuk orang-orang dengan konteks budaya yang tinggi seperti di Indonesia. Beragam mitos pernikahan dari segi kebiasaan, umumnya bakal ditangkal oleh beberapa bagian pernikahan yang menuruti kebiasaan istiadat dari tempat pasangan berasal.
Namun mitos pernikahan dari adat istiadat bukanlah yang ditakuti pasangan. Malah tingkah laku manusia moderen yang menyebabkan mitos itu sendiri dalam pernikahan. Beragam anggapan terlihat dari tingkah laku, yang kadang-kadang itu benar, kadang-kadang cuma satu deskripsi prejudis maupun generalisasi.
Masalahnya, sekarang ini orang-orang terlalu seirng percaya dengan mitos-mitos moderen. Bahkan juga mereka kadang-kadang bakal berasumsi pasangan atau orang lain bakal mengalami kondisi spesifik bila mereka melakukan suatu hal yang tidak mematuhi mitos.
Berikut 4 Mitos mengenai pernikahan yang perlu kita kenali benar atau salahnya.
1. Mitos : Angka perceraian nyatanya lebih banyak dari yang di duga
Kenyataan : Bila Anda ada di Amerika Serikat, kenyataan ini benar ada. Bahkan juga menurut Centers for Disease Control and Prevention, di 2009, angka perceraian di Amerika Serikat meraih 1/2 dari jumlah pernikahan. Dikarenakan dalam 1000 orang dewasa, rasio pernikahan berjumlah 6, 8 %, serta rasio perceraian sejumlah 3, 6 % di setiap 1000 orang.
Begitu mengagetkan. Tetapi jangan berpikir bila Anda orang Indonesia, perceraian bukanlah menjadi permasalahan. Pasalnya ditulis dari Dream, dari dua juta pasangan menikah, sejumlah 15 sampai 20 % bercerai. Bahkan juga berdasar pada data Tubuh Peradilan Agama Mahkamah Agung, dalam lima tahun paling akhir penambahan masalah Cerai Tuntut meraih 59 % sampai 80 %.
Tetapi hal semacam ini sekalipun bukanlah referensi. Pasti beragam angka itu didapat lewat cara memperbandingkan pada jumlah menikah serta yang cerai dengan cara langsung. Belum pasti juga mereka yang menikah serta bercerai ada dalam generasi pernikahan yang sama.
Angka perceraian ini pastinya akan mengalami penurunan, disebabkan seiiring banyaknya orang berpendidikan yang lebih memilih untuk menunda melakukan pernikahan sebelumnya sebagian standard ideal terwujud.
2. Mitos : Pernikahan membunuh keinginan seksual
Kenyataan : Mitos ini kerap terlihat karena tingkah laku orang-orang moderen yang semakin repot dalam berkarir, hingga beragam maksud seksual tak pernah terwujud. Hal semacam ini mungkin saja berlangsung, tetapi hal semacam ini murni permasalahan kesehatan yang sering menerpa pasangan dengan pola hidup super cepat.
Tetapi mitos pasti dapat ditaklukkan dengan data serta kenyataan yang ada di lapangan. Kenyataannya, menurut satu survey yang diselenggarakan match. com, 41 % dari pasangan yang telah menikah melakukan jalinan sex sekurang-kurangnya satu minggu sekali. Bahkan juga, 47 % pasangan yang telah menikah bisa meraih orgasme saat mereka melakukan jalinan seksual, dengan rasio 91 % sukses setiap kali pasangan itu terkait intim.
jadi, pernikahan tidak selama-lamanya membunuh keinginan seksual, dikarenakan bukanlah pernikahan yang membunuh. Kadang-kadang bebrapa rutinitas yang dikerjakan keseharian yang malah menyingkirkan keinginan itu.
3. Mitos : Suamilah yang seringkali selingkuh
Kenyataan : Hal semacam ini susah dibuktikan.
Dengan cara simpel, kita bahkan juga susah menemukan data yang pasti dan akurat mengenai berapakah prosentase pasangan menikah yang berselingkuh. Tetapi kaum pria sedikit terserang nama jelek, dengan disematkannya label jika pria seringkali selingkuh daripada wanita.
Tetapi mitos mengenai suami yang seringkali selingkuh ternyata merupakan fakta lama. sebuah riset di tahun 1990 merasakan kalau prosentase suami selingkuh sebesar 20 sampai 25 %, sedang istri cuma 10 sampai 15 %. Maka dengan adanya modernisasi serta tumbuhnya peluang yang sama untuk wanita, dimana saat ini derajat wanita serta pria sama di mata orang-orang, selingkuh tidak bakal mengenal gender.
Hal semacam ini diamini oleh Kristen Mark, seseorang kandidat doktor dari Indiana University. Dalam penelitiannya yang ditulis dari Live Science, selingkuh bukanlah lagi masalah tak setia, tetapi ada banyak segi seperti kegelisahan dalam segi seksual.
4. Mitos : Perceraian bakal bikin anak menderita
Kenyataan : Tidak selamanya.
Mungkin saja mitos yang paling umum didengar yaitu anak yang mengalami ‘broken home’ akan menjadi orang yang bakal bercerai juga di saat dewasanya. Tetapi hal semacam ini juga tidak senantiasa benar. Malah sebagian anak bakal memperoleh pelajaran bernilai dari apa yang di lakukan orang tuanya.
Ditambah lagi bila anak terjerat di jalinan suami istri yg tidak sehat. Mungkin saja berpisah merupakan jalan yang paling pas untuk sang anak.
Ditulis dari Live Science, dalam studi tahun 2010 yang dihelat Montclair State University Menyimpulkan jika anak yang orang tuanya senantiasa berkelahi namun masih tetap menjaga pernikahan, bakal membuat sang anak akan kurang dapat mengatasi perseteruan jalinannya saat dewasa. Demikian sebaliknya, anak yang orang tuanya berkelahi lalu bercerai, tidak mengalami hal sama di saat dewasanya.